Jurnal penghapusan piutang yang tidak tertagih adalah suatu jurnal yang di dalamnya terdapat piutang perusahaan yang diperkirakan tidak bisa ditagih. Untuk itu, perusahaan harus melakukan penghapusan yang tidak tertagih tersebut.
Piutang yang tidak tertagih atau piutang ragu-ragu atau yang dalam bahasa Inggrisnya disebut uncollectible accounts atau doubtful accounts juga bisa diartikan jika perusahaan merasa ragu pada seluruh piutang bisa ditagih, sehingga pihak perusahaan harus membuat cadangannya.
Nilai besaran piutang yang tidak bisa ditagih bisa ditetapkan dengan berdasarkan pengalaman dari tahun atau periode sebelumnya, dan umumnya ditetapkan dalam persentase tertentu dari total piutang tersebut.
Beberapa di kalangan akuntan ada yang kurang sepakat dengan istilah piutang ragu-ragu ini, karena kata ragu tersebut justru akan menimbulkan suatu keraguan terkait piutang ataukah bukan.
Namun terlepas dari hal tersebut, kedua istilah tersebut tetap memiliki makna yang sama. Nah, agar tidak menimbulkan berbagai keraguan, mari kita pelajari lebih lanjut di bawah ini.
Kriteria Piutang yang Tidak Tertagih dan Barang yang Rusak
1. Kriteria Piutang Tidak Tertagih
Terdapat empat kriteria utama piutang yang bisa dikategorikan sebagai piutang yang tidak tertagih. Pertama, piutang tersebut minimal sudah berumur tertentu yang sudah ditetapkan oleh pihak perusahaan. Kedua, sudah dilakukan penagihan sebanyak yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, baik itu secara langsung ataupun tertulis.
Ketiga, pelanggan atau konsumen mengalami kebangkrutan. Terakhir, terjadi kejadian bencana yang luar biasa, seperti kebakaran, huru-hara atau bencana alam.
2. Kriteria Barang Rusak
Barang rusak adalah barang yang sudah tidak bisa lagi digunakan atau sudah tidak layak untuk dijual lagi. Terdapat tiga kriteria barang yang bisa dikategorikan sebagai barang rusak.
Pertama, berbagai barang yang terbukti tidak adanya unsur kesengajaan untuk merusaknya, seperti karena adanya bencana alam atau karena unsur kimiawi dari barang itu sendiri. Kedua, barang yang rusak di dalam perjalanan dan juga tidak bisa mendapatkan penggantian dari pihak asuransi.
Ketiga, barang kadaluarsa. Piutang perusahaan yang tidak tertagih dan juga kerusakan dari barang tersebut harus dibuat suatu pencadangan.
Pencadangan ini nantinya akan dibuatkan nomor pada akun penyisihan piutang tidak tertagih yang mampu menampung piutang yang tidak tertagih. Jumlahnya pun akan berkurang ketika perusahaan sudah tidak lagi mampu ditagih tanpa menunggu pendapatan di periode berjalan.
Perhitungan saldo cadangan penghapusan piutang yang tidak tertagih dan cadangan persediaan barang rusak tersebut bisa dilakukan di setiap akhir periode atau akhir tahun. Di mana angka yang bisa digunakan adalah saldo rata-rata dan juga biaya pencadangan persediaan barang rusak bisa dilakukan pada tiap akhir tahun.
Jumlahnya ini bisa sebesar selisih antara saldo bari hasil perhitungan cadangan penghapusan piutang tak tertagih tersebut. Selain itu, cadangan penghapusan barang rusak bisa dikurang dengan saldo awalnya masing-masing.
sumber : https://accurate.id/akuntansi/jurnal-penghapusan-piutang-tak-tertagih-dan-cara-sederhana-membuatnya/
artikel terkait :