UMKM merupakan badan usaha yang sering disebut-sebut sebagai salah satu pilar perekonomian nasional. Hal ini dikarenakan UMKM memiliki fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri yang baik terhadap keadaan pasar dibandingkan dengan perusahaan lain berskala besar. UMKM juga terbukti tahan terhadap krisis karena ketika Indonesia dilanda krisis pada tahun 1998 banyak perusahaan skala besar yang tidak mampu bertahan sementara UMKM dapat bertahan dalam gejolak krisis, bahkan UMKM pula yang mampu menunjang perekonomian Indonesia. Selain itu, UMKM juga memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap PDB. Pada tahun 2017, kontribusi UMKM terhadap PDB sebesar Rp 7.005.950 milyar atau sekitar 62,57% dari total PDB Nasional. Dengan rincian usaha mikro sebesar 38,90%, usaha kecil sebesar 9,73%, dan usaha menengah sebesar 13,95% (Bani, 2016).
Di era globalisasi seperti sekarang ini, teknologi sudah semakin berkembang sangat pesat dalam kehidupan. Teknologi yang semakin berkembang ini tentunya dimanfaatkan oleh sebagian besar manusia untuk menunjang segala aktifitasnya. Segala sesuatu hampir tidak lepas dari penggunaan teknologi, mulai dari komunikasi, informasi, hingga transportasi saat ini sudah mulai terdigitalisasi. Seiring berkembangnya teknologi, jumlah UMKM di Jakarta Selatan pun turut berkembang seperti yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa perkembangan UMKM di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Kontribusi UMKM dalam penyerapan tenaga kerja dan PDB juga terus meningkat. Namun, UMKM yang berkembang juga dituntut harus memenuhi perkembangan zaman.
Sementara di DKI Jakarta, UMKM memang merupakan usaha yang mendominasi sebesar hampir 93,46% usaha di DKI Jakarta (Nis, 2017). Apabila dilihat dari data jumlah UMKM binaan Dinas UMKM DKI Jakarta, terdapat sekitar 14000 pelaku UMKM binaan dan sementara yang tersebar di beberapa wilayah DKI Jakarta sebagaimana terdapat dalam tabel berikut:
Berdasarkan data diatas terlihat bahwa DKI Jakarta merupakan kota yang perekonomiannya di dominasi oleh UMKM. Namun, belum ada data pasti yang menunjukan jumlah UMKM yang telah memanfaatkan e-commerce di DKI Jakarta. Akan tetapi, data dari Delloite Acces Economics menunjukan lebih dari sepertiga atau 36% UMKM di Indonesia masih bersifat offline dan sepertiga lainnya atau 37% hanya memiliki kemampuan online yang sangat mendasar seperti komputer atau aksesbroadband. Sedangkan kurang dari sepersepuluh atau 9% yang merupakan bisnis online lanjutan dengan memanfaatkan e-commerce
Di era yang semakin modern dan terdigitalisasi seperti sekarang ini, UMKM dituntut untuk dapat terus berinovasi baik dalam produk maupun dalam tahap produksi. Tujuannya untuk meningkatkan daya saing serta untuk menjaga kelangsungan UMKM.
Sumber : www.kompasiana.com
Artikel Terkait : Akuntansi Perkebunan