Keterampilan teknis (technical skill) dibutuhkan seseorang Akuntan Profesional agar bisa menjalankan fungsinya di dunia bisnis. namun aspek usaha serta
Entrepreneurship wajib melengkapi seorang akuntan dalam menyebarkan industri dan perekonomian. Demikian diantaranya dikatakan Michelle Bernardi, Managing Partner KAP Bernardi & Rekan, belum usang ini.
Profesi akuntan publik (AP) tidak akan pernah mangkat , sebab profesi itu yg pada-endorse sang negara. namun tantangan akan selalu ada. karena itu para AP yang berkiprah di industri ini wajib bisa mengidentifikasi peluang pada balik semua tantangan serta perubahan zaman. Michele Bernardi, Managing Partner KAP Bernardi & Rekan berkata, tantangan terbesar dalam waktu dekat ini artinya bagaimana berkompetisi dengan pihak asing ketika warga Ekonomi ASEAN (MEA) berlaku.
“jikalau kita melihat ke negara tetangga, mirip Singapura dan Malaysia, mereka telah mulai berpikir bagaimana mampu masuk ke Indonesia. Seharusnya kita jua bisa berpikir bagaimana caranya mampu masuk ke Malaysia atau Singapura,” ungkap Michelle. “akan tetapi boro-boro berpikir hingga stage itu, sekarang membahas SAK ETAP saja kita masih bertengkar, istilahnya,” Michelle memberi gambaran.
Buat bersaing, bagi Michelle, faktor kualitas akan sangat memilih. ad interim buat memilih kualitas bukan sesuatu yg simpel, tetapi butuh dibuktikan. jikalau semuanya saling bersaing buat mendapatkan klien menggunakan cara memperlihatkan fee serendah-rendahnya, akan sangat tidak rupawan bagi industri. di tengah praktik ekonomi porto tinggi, tempat kerja akuntan mempekerjakan sdm high intelligence, sehingga tidak mungkin dibayar rendah.
Apalagi audit ialah jasa yang tak mudah didiferensiasi. menurut Michelle, praktisi AP harus pintar–pandai menunjukkan peluang berasal jasa-jasa lainnya, mirip konsultan bisnis serta konsultan manajemen. Caranya menggunakan melakukan STP (segmenting, targeting, serta positioning) usaha KAP.
Michelle beropini, pada level eksklusif, seorang akuntan dituntut untuk makin menguasai sisi entrepreneurship. di level managing partner, mindset profesi wajib dikembangkan ke arah mindset pebisnis. “buat level managing partner, technical skill hanya menjadi minimum requirement. Kita jua wajib menguasai soft skill,” celoteh Michelle. “Jadi ilmu marketing harus jalan di usaha KAP. Apalagi berdasarkan pengalaman, pada usaha KAP banyak praktisinya tidak mempunyai business minded. bila seperti itu absolut akan susah mengelola dan menyebarkan usaha KAP,” beliau menambahkan. ia meyakini Bila usaha akuntan publik dikelola dengan pendekatan entrepreneurship, bisnis ini akan berkembang.
Apresiasi Regulasi
Dalam usaha AP yang makin kompleks dewasa ini, Michelle melihat sisi regulasi artinya aspek krusial yg sangat menentukan arah profesi ini ke depan. tetapi ia berharap regulator selalu membentuk kebijakan yang lebih pro industri.
“saya melihat sekarang sudah banyak perubahan. mirip soal rotasi tidak ada lagi. Dulu memang kondisinya relatif parah. Walau pun ada aturan rotasi, tapi praktiknya masih bisa diakali sang KAP Big Four,” kata Michelle. sesuai PP angka 20 Tahun 2015, aturan perihal rotasi memang telah dicabut. Michelle melihat ada potensi yang tidak fair atas pemberlakuan sistem rotasi itu selama ini. Apalagi banyak KAP yg mengakali aturan tersebut menggunakan mengubah susunan partnernya secara periodik, agar terhindar asal risiko kehilangan klien.
Michelle sendiri sangat mengapresiasi terbitnya PP 20 Tahun 2015 yang dinilai sangat mempermudah hidup KAP kecil. “Itu suatu terobosan yg luar biasa,” ungkapnya. Ini memberikan kesempatan yg sama bagi KAP pada berbagai level buat berkembang.
ia jua menilai, regulator harus bertindak menjadi wasit dan mampu menginterupsi industri Bila dirasa diperlukan. Ini juga buat memastikan industri ini berkembang serta makin banyak para Akuntan Profesional yg tertarik memasuki industri akuntan publik. dari Michelle, para akuntan belia itu wajib didorong dan permudah buat menjadi AP serta mendirikan KAP.
“Memang kini biar buat KAP lebih cepat karena sudah ada time limit-nya. akan tetapi eksekusinya jua harus dipermudah. Secara bisnis jua wajib dipermudah buat AP-AP belia ini. Mereka harus cari klien, memperluas network, dan lainnya. Termasuk network dengan organisasi profesi, mereka wajib cari nama,” urai Michelle panjang lebar.
ia juga menekankan dari sisi organisasi profesi, baik IAI juga IAPI, tidak menutup diri pada hal ini. seluruh pihak wajib diberi kesempatan yg sama, walaupun memang berasal sisi kualitas ada perbedaan. permanen wajib diberi kesempatan buat meng-encourage dan meng-upgrade diri.
Selain sebagai wasit, beliau jua berharap agar regulator lebih tegas terhadap KAP nakal. Bila tidak, akan susah bagi profesi ini untuk memperoleh apresiasi asal stakeholders. Hanya terdapat beberapa hal yg mesti diubah, dimana regulator seperti OJK, BEI, atau BI wajib mengetahui seluruh kebutuhan yg ada di masyarakat.
Sumber: http://iaiglobal.or.id/
Artikel Terkait: Pentingnya Teknologi dalam Bisnis